Powered by Blogger.

Zenbu House of Mozaru


                Akhirnya kesampean juga buat makan kesini. Gue baca tentang restoran ini dari detikfood dan sekarang gue datengin beneran bareng bokap, nyokap, dan adek. Zenbu ini restoran Jepang yang menu specialnya adalah mozaru, seperti nasi panggang yang diatasnya pake topping keju mozzarella. Gimana rasa makanan lainnya? Yuk langsung kita review ya…



Ambiance
                Outlet Zenbu yang ada di Kota Kasablanca ini terletak di lantai upper ground, area Food Society. Dari luar, kita bisa lihat aksen kayu-kayu hitam dengan pencahayaan kuning yang bikin resto ini terlihat warm. Ada beberapa row yang bisa jadi spot buat makan. Yang paling sering penuh tuh bagian tengah karena emang disini yang paling enak. Bentuk kursinya seperti dipagari oleh bingkai-bingkai kayu sehingga memberikan privasi dibandingkan spot-spot lainnya yang tidak dipagari. Tapi siang itu gue gak dapet kursi yang bagian tengah, gappa deh. Sama-sama nyaman kok.





Food
                Sebagai restoran yang mengandalkan menu Mozaru, tentunya siang itu gue juga mesen mozaru. Lebih tepatnya Ochank sih yang mesen. Apa sih mozaru? Buat yang doyan nasi panggang keju, pasti bakal tergila-gila sama mozarunya zenbu. Yap, jadi mozaru adalah sajian nasi panggang bertopping keju mozarela yang melimpah dengan aneka pilihan isian. Kita bisa milih nasi curry atau butter rice sebagai carbonya, ada juga pilihan spaghetti. Untuk proteinnya, kita juga punya banyak pilihan mulai dari ayam, gindara, hingga unagi. Jangan lupa untuk menentukan sausnya, mau tomat, butter, atau dynamite.
                Siang itu, si Ochank mesen Large Chicken Mozaru with Butter Rice and Dynamite Sauce (Rp. 79.000). menu yang large ini cocok banget buat yang kapasitas perutnya lumayan gede. Soalnya yang ukuran regular nggak terlalu besar, mendingan langsung pesen yang large. Dengan catatat, kalian gak boleh cepet eneg ya sama keju, karena kejunya bener-bener melimpah banget nih.


                Dari segi rasa, menu chicken mozaru ini yang dominan adalah keju dan butter rice nya. Daging ayamnya cukup banyak dan juicy. Butter rice nya juga enak banget, gurihnya pas meskipun bertemu sama keju yang juga udah asin. Untuk dynamite sauce, kirain bakalan pedes banget, dan ternyata nggak, mungkin kalah sama rasa kejunya yang berlimpah itu. Dengan menu yang bergelimangan keju ini, dijamin bakalan kenyang banget deh. Rasanya lezaaaat abisss..
                Kalo gue siang itu mesen Gindara Omurice (Rp. 70.000). untuk omurice, kita juga dikasih pilihan mau nasi shoyu, nasi tomat, atau nasi kari. Gue milih nasi shoyu supaya nuansa Jepangnya lebih kentel. Jadi omurice ini adalah nasi goreng Jepang yang dilapisi oleh omelet kemudian disiram kuah curry kental dan ditambahkan ikan gindara sebagai proteinnya.


                Dari lapisan yang paling luar, ada omelet setengah mateng yang super lembut and blend perfectly in my mouth. Lembut banget meskipun rasanya hambar, karena makanannya pake nasi shoyu jadi memang lebih baik kalau omeletnya hambar. Untuk nasi shoyu, ini nasi goreng yang rasa asinnya pas banget. Shoyu memang kecap Jepang yang juga biasa digunakan di sajian ramen dan memberikan cita rasa asin. Terus kuah currynya juga enak. Rempah-rempahnya nggak terlalu tajam sehingga nggak bikin lidah mati rasa. Pedasnya sopan dan kekentalannya juga pas. Ikan gindaranya digoreng tepung, luarnya crunchy dalemnya juicy. Dagingnya juga padat, nggak kopong seperti sajian tepung lainnya.


                Untuk bokap sama nyokap, mereka pesen menu yang serupa yaitu teppanyaki set. Menu ini belum termasuk nasi ya, jadi kalau mau pake nasi aka nada tambahan charge. Nyokap mesen Gindara Teppanyaki with Black Pepper Sauce (Rp. 75.000). Menu ini akan hadir dengan alas hot stone persegi yang diatasnya tersusun sajian mulai dari sayur hingga protein. Sayur yang digunakan sekilas mirip sajian pecel Indonesia ya. Karena gue gak doyan sayur, gue Cuma bisa nebak nih, kalo daun yang digunakan sebagai sayur adalah kenikir, terus ada tauge dan jagung pipil. Geser ke sebalahnya ada telur mata sapi yang dimasak setengah matang. Ada juga irisan jamur kancing yang udah ditumis hingga layu. Dan tentu saja ada daging ikan gindara yang difillet dan dipanggang. Untuk menu ini, akan ada saus black pepper yang bisa disiram ketika akan disantap. Rasa blackpapernya nggak terlalu pedas, justru cenderung gurih dan manis meskipun lada hitamnya tetap terasa. Irisan gindaranya juicy banget, karena nggak digoreng tepung sehingga lebih terasa manis daging ikannya.


                Untuk menu selanjutnya ada Seafood Teppanyaki with Gomatare Sauce (Rp. 79.000). menu ini memiliki susunan yang sama dengan menu sebelumnya. Yang membedakan adalah pilihan proteinnya yang lebih beragam, yaitu udang windu, ikan gindara, dan cumi-cumi juga ada kalo nggak salah. Rada lupa deh. Haha.. udah gitu, sajian ini nggak dikasih saus tambahan black pepper, tetapi menggunakan saus yang udah dituang sama chefnya yaitu saus gomatare. Dari hasil kepo, gomatare ini ternyata saus dari olahan biji wijen. Rasanya gurih manis mirip saus barbeque tetapi ada rasa kacangnya (mungkin karena memakai wijen). Menu ini jadi unik karena suasnya serta hidangan protein dari laut yang bikin makin istimewa.


                Seperti yang gue bilang sebelumnya, menu teppanyaki set belum termasuk nasi putih. Jadi kalo nambah nasi, kita bakal kena charge Rp. 20.000, itu termasuk semangkuk miso soup. Untuk miso soupnya sendiri juga enak. Rasa asinnya lembuuut banget dan bukan rasa asin dari MSG. Worth to try.

Beverages
                Oke, untuk minumannya kita nggak mesen yang aneh-aneh nih. Standar aja pesenannya berkisar di jenis-jenis teh gitu. Gue mesen Peppermint Tea (Rp. 22.000). Untuk rasa sih standar peppermint tea yang juga tersedia ditempat lain. Refreshing dan manisnya nggak medok karena tertutupi oleh cita rasa mint yang seger.


                Si Ochank mesen Peach Tea (Rp. 25.000). kalo yang ini rasanya lebih manis, lengkap dengan irisan buah peach segar yang disusun di tusuk sate kemudian dicelup ke minumannya.


                Bokap sama nyokap milih minuman yang cocok buat orang tua, yaitu Green Mix (Rp. 28.000). ini adalah jus yang terdiiri dari campuran nanas, sawi, dan satu laginya lupa. Buat gue minuman ini nggak enak karena rasanya daun banget. Hahaha…



Service
                Pelayanan disini sudah bagus, standar restoran Jepang pada umumnya lah. Pas masuk diteriakin, pas pulang juga diteriakin sama semua pelayannya. Hahaha… tapi mereka bergerat cukup gesit. Hidangan dateng dalam waktu yang cukup cepat dan para pelayan disini mengetahui semua hidangan yang mereka sajikan. Jadi kalo nanya, ini isinya apa? Ini pake apa? Ini saus apa? Mereka bisa jawab. Banyak kan restoran yang pelayannya o’on. Disini sih nggak kok… Hehe…

                Udah, segitu ajah review di restoran ini. Nggak banyak makannya, secara initraktiiran  gaji pertama gue di Indofood, jadi gak boleh banyak-banyak. Haha.. selamat makan!

Conclusion
Harga: Skala 1 – 10 = 8 (1 sangat murah & 10 sangat mahal)
Makanan: Skala 1 – 10 = 10 (1 terrify & 10 divine)
Service: Skala 1 – 10= 7 (1 worst & 10 Excellent)
Fasilitas: Wooden private spot
Tempat: Modern Japanese Interior
Cocok untuk: Family, Business Meeting



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Halo Niko! and Zomato Meet Up


                Halo semua! Akhirnya punya waktu buat nulis review yang sebenrnya udah berlalu sejak seminggu yang lalu. Padatnya jam kerja menyita secara utuh waktu dihari weekday. So, kali ini gue tulis review Zomato Meet Up di ‘warung’ yang unik banget, yaitu Halo Niko!
                Terletak di daerah Pasar Minggu, lokasi Halo Niko! seperti permata yang tersembunyi. Gimana nggak tersembunyi? Tempatnya berada di parkiran belakang gedung Promenade, Warung Buncit. Jadi kalo nyari warung Halo Niko!, kita harus nurunin kendaraan ke parkiran bawah dan agak ke belakang. tapi kondisi lokasi yang kesannya nggak strategis itu terkalahkan oleh istimewanya hidangan mereka loh! Yuk, langsung kita review.

Ambiance
                Mbak Kika dan mas Niko selaku pemilik tempat makan ini menyebut kalo Halo Niko! Adalah tempat makan berkonsep warung. Well, bukan warung ala toko kelontong yah, disini konsep warung lebih terkesan lucu dan memberikan suasana yang homy banget. Feels like home. Kita bisa liat dari desain interiornya yang langsung ditangani oleh Mbak Kika. Perempuan berdarah Jawa ini emang kreatif banget memadu-madankan barang-barang jadul untuk dijadikan hiasan di warungnya. Mulai dari teko jadul yang digantung, bak sampah anyaman yang dijadikan cup lampu, dll.


                Atas desain yang lucu gitu, warung Halo Niko! Terkesan sangat homy. Pemilihan warna meja dan kursinya juga disesuaikan dengan konsep, jadi mereka pake bahan kayu yang warnanya pastel gitu. Ada banyak sudut ruangan yang lucu disini, serta tulisan-tulisan ngawur yang bikin kita senyum sendiri ketika membacanya.


                Oya, Halo Niko! Memiliki 2 area yang bisa dipake buat ngumpul nih. Ada area Halo Niko! Itu sendiri, yang tempatnya rada mini. Dan ada area kembang kencur kalo kita pindah ke restoran samping. Nah, kalo di kembang kencur emang tempatnya lebih luas, biasanya dipake buat acara seperti ulang tahun, arisan, dll.

Konsep
                Warung Halo Niko! Memiliki konsep yang terpengaruh oleh latar belakang pemiliknya. Mbak Kika yang asli Jawa dapet jodoh orang Yunani yaitu Niko. Diawal cerita, Mbak Kika ngasih tau asal muasal nama Halo Niko!. Kenapa namanya Halo Niko! ? Karena pada saat pertama kali Niko sampai di Indonesia, dia nggak punya temen sama sekali. Alhasil, supaya semua orang yang datang ke warung bisa menyapa Niko, diberikan lah nama Halo Niko!
                Nah, balik ke konsep, warung ini menyediakan makanan khas Yunani yang dipadukan dengan cita rasa Jawa. Kepikiran ya, bikin kuliner Yunani-Jawa? Hehe.. Dan ternyata hasil kreasi kuliner Yunani-Jawa bisa diterima oleh lidah Indonesia. Gue juga tadinya nggak ngeh sama sekali makanan Yunani tuh kaya apa? Terus dipadukan pula dengan cita rasa Jawa. Wah pasti bikin dahi berkerut karena membayangkannya saja nggak ada gambaran.


           Konsep Yunani-Jawa ini nggak selalu berpadu dalam 1 hidangan. Memang ada beberapa hidangan dimana unsur Jawa bercampur dengan budaya Yunani. Tapi ada juga yang berdiri sendiri-sendiri. Yang pasti hidangan super unik ini berhasil merebut perhatian gue buat discover lebih jauh lagi.



            Oya, satu hal yang harus diketahui di warung ini, kita harus rada sabar nungguin hidangannya mateng. Soalnya disini semua hidangan dimasak dari awal, jadi bukan seperti restoran fast food yang semua bahannya tinggal dipanasin, dan bingo! Tinggal makan. Di Halo Niko!, semua makanannya fresh. Bahkan mereka menanam sebagian bahan masakan di depan warung mereka sendiri. Dan Niko sebel banget sama makanan yang dimasak dengan MSG, makanya semua makanan di Halo Niko! nggak ada yang pake MSG apalagi pengawet yah.



Food
               Langsung cuss kita bahas makanannya. Di Zomato Meet Up Kali ini, menu yang ditawarkan udah ditentuin dari pihak penyelenggara. Yang pasti, semua menu hari ini merupakan menu unik dan andalan banget dari Halo Niko! Kita makan di area Kembang Kencur. Pas kita dateng udah tersedia tuh meja prasmanan yang diatasnya terdapat 4 jenis hidangan. Nggak Cuma itu, udah ada juga sepiring kue yang disusun diatas meja dan siap untuk disantap. Serta nggak ketinggalan, bagian minuman disediakan dengan dispenser, jadi bisa ambil kapan pun kita ngerasa haus. Oya, mereka juga punya mesin coffee maker, dan hidangan kopi yang unik ala Yunani. Bisa dicoba dilain waktu.



                Oke, pertama kita bahas dulu makanan yang ada di meja prasmanan karena memang ini sajian utamanya. Yang paling kiri adalah Mama Moussaka. Sekilas keliatan seperti lasagna ya? Iyap, konsepnya emang nyerempet lasagna, tapi karena ini hidangan Yunani-Jawa, pasti bakalan beda dari hidangan yang lainnya. Mama Moussaka terdiri dari lapisan beschamel, yaitu adonan tepung yang diolah untuk menutupi bagian atas hidangan ini. Kemudian isinya ada terong, ubi, serta cincangan daging. Untuk isinya emang rada unik, kalo dari Yunani asli, posisi ubi biasanya diisi sama kentang. Supaya ada unsur Jawanya, karbo kentang diganti sama ubi manis.


                Dan hidangan ini menggunakan edam cheese and parmesan. Kejunya berasaaa banget karena Niko memang menggunakan banyak keju di beberapa hidangan. Kalo isiannya, kirain gue bakal rada pedes, ternyata nggak. Seperti halnya bumbu spaghetti, nah rasanya seperti itu. Cincangan daging dimasak dengan rempah-rempah kemudian dilapisi terong dan ubi manis. Soooo yummy!


                Agak geser ke kanan ada Our Greek Salad. Ini menu yang katanya sering banget mengecoh para pengunjung. Ya, salad Yunani emang beda dari salad lainnya yang biasanya menggunakan lettuce. Greek Salad tidak menggunakan lettuce sama sekali. Yang digunakan adalah tomat, timun, paprika, bawang Bombay serta potongan buah zaitun. Salad ini juga nggak pake mayones sebagai dressingnya tetapi menggunakan minyak zaitun serta vinegar yang bikin rasanya fresh banget. Aneh sih, seorang Shiva bisa nelen sayur. Tapi asli deh, salad Yunani ini cocok banget dilidah gue. Rasanya seger, nggak asem, dan cacahan keju feta memberikan cita rasa asin yang pas.


                Menu selanjutnya yaitu ubi goreng. Ini bisa dijadikan sebagai pelengkap dari hidangan Mama Mousaka tadi. Ubinya di slice agak tebel terus digoreng udah gitu ditaburin lada dan garam. Cocok nih buat jadi camilan atau makanan pendamping yang memberikan tekstur crunchy, karena hidangan Mama Mousaka kan teksturnya lembut gitu tuh, jadi lebih pas kalo dimakan sambil ngunyah ubi ini.


                Maincourse selanjutnya ada Souvlaki Chicken. Mungkin sebagian besar dari kita lebih familiar sama kebab atau mungkin tacos. Ini juga agak nyerempet tapi tetap beda ya. Souvlaki chicken menggunakan roti pita sebagai pembungkus isiannya. Kalo isinya, ada daging ayam panggang yang dimasak seperti daging kebab yang kita kenal. Jadi daging ayam yang digiling, ditempel di besi, kemudian besinya akan berputar sembari api membakar bagian pinggir daging ayam. Hasilnya, panggangan ayam sangat crunchy but still juicy. Diiris tipis-tipis seperti halnya daging kebab, ayam disini enak banget karena permukaannya sedikiit gosong bikin rasanya unik sekali.


                                                         Preparing Souvlaki Chicken


                Selain isi ayam, souvlaki chicken juga menggunakan tomat, ubi, dan saus mayones yang namanya tzatziki. Niko juga menambahkan taburan bubuk paprika, meskipun rasanya nggak terlalu pedas, tapi bubuk paprika menambah cita rasa pada daging ayamnya. Me likey!
                Oke, itu tadi baru pembahasan makanan yang ada di meja prasmanan. Kita pindah ke meja makan yang diatasnya sudah tersedia sepiring kue. Ada menu Banana Cake. Ini adalah kue pisang dengan taburan choco chip yang teksturnya bantet seperti muffin but fluffy. Jadi meskipun bantet, kue ini nggak sekeras muffin, masih lebut dan enak banget kalo dimakan sambil minum teh anget.


                Sebelum acara berakhir, Niko sempet nunjukin sama semua peserta cara membuat Bugatsa, yaitu kue pie ala Yunani. Nggak usah ngebayangin pie yang selama ini familiar ya, karena ternyata beda jauh. Pie Yunani bentuknya seperti martabak yang digoreng, bukan berbentuk pan dengan garis-garis pada pinggirnya. Adonan utama menggunakan tepung dan mentega. Kemudian untuk fillingnya, Niko menggunakan tepung semolina, gula, dan air. Gue lupa apakah ada kuning telur yang dipake atau nggak, kayanya sih ada. Haha…

The dough

Milky Filling


                Caranya, adonan utama yang udah kalis dipipihkan dialas memasak. Jangan lupa buat naburin mentega dan minyak zaitun supaya nggak lengket di alasnya. Kemudian diisi filling, terus lipat, goreng deh! Rasanya? Fillingnya unik banget. Kirain gue bakalan kaya isian sus yang lembut, ternyata tepung semolina bikin teksturnya sedikit crumbling atau ada gumpalan-gumpalan kecil. Gue lupa juga, ini kan pie susu, lah susunya di adonanan atau di filling yah? Haha… Yang pasti susunya kerasa banget. Lumeeerrr setelah digoreng. Toppingnya ada gula halus campur cinnamon, semakin lezat deeeh.


                Nah, itu tadi semuuuuaaa hidangan pada kesempatan Zomato Meet Up di Halo Niko! Kali ini. Minumannya ada vanilla lime yang bodohnya lupa gue fotoin. Ini juga unik, jadi campuran jeruk nipis sama air es yang dikasih cita rasa vanilla. Manis, lembut, dan menyegarkan. Nggak asem sama sekali loh!

                Oke deh, sekian dulu review di Halo Niko! Bersama Zomato. Nggak rugi banget ikutan komunitas ini. Pulang dari Halo Niko! Semua peserta dapet bingkisan dari Zomato yang isinya merchandise keren. Thenks to Shabrina, for inviting me, thanks to Niko and Kika, for the hospitality, thanks to all  Zomato Foodies, for cheering the day! Are you ready for next meet up? ;) 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

The Reading Room

                Emang dasar perut kadut atau apa, nggak ngerti lah. Pulang dari meet up di Halo Niko!, gue masih lanjut ngopi-ngopi ke daerah Kemang sama mas Oji. Kita pilih ngopi di The Reading Room yang konsepnya unik dan lumayan deket lah kalo dari Gedung Promenade.

Ambiance
                Tempet ini emang ngejual banget suasana yang berkonsep perpustakaan. Jadi bakalan ada banyaaak buku yang menghiasi dinding dari café ini. Memiliki 2 lantai, lantai bawah letak kursinya lebih cocok buat pengunjung yang dating sendiri maupun berdua. Karena kursinya kecil-kecil dan tata letaknya bikin kita asyik sendiri gitu. Bisa asyik wifi bisa jug abaca-baca buku yang ada.

                Sore itu gue milih duduk di lantai 2 karena ada sofanya, jadi lebih asyik buat leha-leha. Di lantai 2, yang jadi best spot adalah kursi-kursi dipinggir jendela. Kalo weekend mau ngambil spot itu, sebaiknya reservasi dulu. Di lantai 2 juga ada bar nya, jadi kalo mau minum sendirian, sambil duduk di bar juga gak masalah.


                Ada banyak buku yang bisa kita baca disini. Tapi bukunya bahasa Inggris semua dan masih bagus-bagus. Ketauan kagak ada pengunjung yang baca buku itu. Males juga kali yah baca buku tebel bahasa Inggris, udah gitu itu di café, ntar novelnya belom tamat, cafenya udah tutup. Haha..

Beverages
                Sebenernya The Reading Room menyediakan aneka makanan berat yang bisa dinikmati. Tapi karena perut gue udah keisi di Halo Niko!, kita Cuma pesen minuman disini. Yang tadinya mau ngopi, malah nggak ada yang ngopi. Baiklah~


                Minuman yang gue pesen adalah Strawberry Mocktail. Dan gue nggak menghabiskan minuman ini. Kenapa? It was soooooo acid. Asem bangeeeet. Asemnya tuh tajem kaya nyayat-nyayat lidah L Udah gitu kan ini strawberry ya, kirain gue bakalan ada tambahan sedikit sirup strawberry ternyata nggak ada. Ini minuman pake strawberry yang dipotong-potong terus ada tambahan sodanya. Jadia asem banget deh.


                Nah, mas Oji nyari aman, dia mesen Ice Green Tea. Ini minuman normal yaitu green tea yang diblend sama susu. Harapan gue green tea nya bakalan pahit=pahit sexy gitu, ternyata nggak. Rasanya manis jadi kesannya kaya green tea murahan. Kalo green tea asli kan rasanya pahit sexy gitu. Gue rada cerewet emang kalo soal green tea, karena gue green tea lover kelas lumayan berat, jadi bisa lah bedain green tea yang asli sama perisa green tea biasa.



Service

                Pelayanannya disini lumayan cepet sih meskipun kita duduk di lantai 2 dan pengunjung sore itu lumayan rame. Ada wifi juga yang bisa dipake, tinggal minta passwordnya ajah. Udah sih, segitu aja pengalaman minum di The Reading Room. Kayanya cukup sekali gue kesini.

Conclusion
Harga: Skala 1 – 10 = 6 (1 sangat murah & 10 sangat mahal)
Makanan: Skala 1 – 10 = 6 (1 terrify & 10 divine)
Service: Skala 1 – 10= 7 (1 worst & 10 Excellent)
Fasilitas: Wifi, Upstairs, Books
Tempat: Library and cafe, homy interior
Cocok untuk: Friends, Couple

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Warung Nagih

                Ah sekali-sekali ngikutin apa yang lagi ngetrend boleh lah yaa.. Akhirnya malam minggu kali ini gue berkesempatan untuk nyobain makan di Warung Nagih sama mas Oji. Terletak di jl. Kapten Tendean, Warung Nagih nggak pernah sepi sama sekali hingga larut malam. Apalagi malem Minggu kaya gini. Gue pribadi sih, nggak mau dateng kesini lagi. Kenapa? Karena ngatrinya bikin patah hati cyiiinn.. Yuk langsung bahas aja ya.

Ambiance
                Warung Nagih di Kapten Tendean ini nggak berdiri sendiri. Ada juga wraung-warung lainnya yang memiliki konsep mirip-mirip, Cuma beda bahan makanannya aja. Kalo warung nagih kan roti bakar, nah ditempat lain ada yang jual pan cake, mie ramen, dll. Mereka jualan pake tenda gitu, kursinya juga pake kursi plastic. Yang paling luas emang tempatnya Warung Nagih, secara pengunjungnya selalu membeludak.
                Gue nyampe Warung Nagih jam 9 malem. Terus ngisi waiting list. Baru makan roti bakarnya jam 11. Rrrrggghhh… sangat tidak disarankan buat yang laper stadium 4. Mati deh langsung. Ramenya ancur. Ngantrinya ancur. Tapi rasanya? Nggak ancur kok…

Food
                Kita pesen 2 roti bakar. Yang gue pesen ada roti bakar vanilla with green tea ice cream (Rp. 15.000). kirain gue roti bakarnya bakalan pake krim vanilla ternyata pake susu kentel manis jadi vanillanya gak begitu kerasa. Untung  green tea ice creamnya enak banget. Rasanya pahit dan teksturnya lembut, bukan icy gitu. Cocok buat green tea lover nih es krimnya.


                Terus mas Oji mesen roti bakar toblerone dengan taburan kacang (Rp. 24.000). Nah, yang bikin tempat ini rame kan karena topping nutella dan toblerone, jadi kita cobain nih yang topping toblerone. Dan ternyata emang nggak salah sih dijadiin magnet, karena emang enak banget. Toblerone gituh. Dipaduin sama topping kacang juga pas.



Service

                Untuk ukuran kedai makan yang suuupeeerrrr rameeee, pelayanan disini bisa gue kasih nilai excellent. Karena mereka konsisten banget melayani tamu disetiap meja sampe semua kebutuhannya terpenuhi. Meskipun rame, setiap pengunjung tetap keurus dan pelayanannya tetap ramah. Bisanya kan kalo rame kita bakal dilupain dan kalopun minta sesuatu pasti jadi gak ramah. Mungkin mereka udah terbiasa menghadapi situasi membeludaknya pengunjung kali yah, makanya udah professional banget ngelayaninnya. Good job! Jangan lupa kasih tip buat mereka di wadah kaca samping kasir.

Conclusion
Harga: Skala 1 – 10 = 6 (1 sangat murah & 10 sangat mahal)
Makanan: Skala 1 – 10 = 8 (1 terrify & 10 divine)
Service: Skala 1 – 10= 7.5 (1 worst & 10 Excellent)
Fasilitas: Outdoor
Tempat: warung tenda
Cocok untuk: Friends

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Journey Coffee

                Lagi-lagi main ke daerah Tebet. Mumpung mas Oji lagi di Jakarta, gue mau ngajak dia jalan ke Tebet, secara gue Cuma afal jalan ke Tebet cyiiin. Jadilah gue nyetir ke Tebet dan mampir ke salah satu kedai kopi di kanan jalan. Jadi kalo dari sevel Tebet masih lurus lagi, ntar puter balik, naik fly over, lurus dikit, nyampe deh di Journey Coffee.

Ambiance
                Gue dan mas Oji sepakat buat bilang tempat ini asyik banget suasananya. Kalo dari luar sih keliatannya biasa aja. Lahan parkir rada sempit, bahkan kalo mobil mau keluar juga agak susah. Tapi jangan salah, bagian dalemnya bagus kok. Tataan sofanya enak gituh. Pencahayaan juga pas, remang-remang tapi tetap terang dengan menggunakan lampu kuning yang soft. Disetiap sofa, ada colokan buat kita yang nggak bisa lepas dari gadget.


                Mereka banyak menggunakan bahan bekas seperti kayu-kayu yang ada di peti kemas untuk dijadikan meja dan kursi. Warna ruangan emang didominasi dengan warna gelap seperti hitam dan biru donker, tapi beneran nyaman loh disini.

Beverages
                Siang itu gue mesen minuman yang lumayan unik nih, namanya Red Velvet Latte (Rp. 30.000). Pernah ngebayangin bisa minum kue? Yap, minuman ini bakal bikin kalian ngerasa meminum kue. Karena rasanya persis red velvet cake. Pahit-pahit lucu gitu, jadi ada cita rasa kopi dan kuenya. Latte atau susunya juga terasa, jadi ada pahit ada manis, enak banget, nggak salah pilih deh.


                Mas Oji pesen minuman namanya Iced Flat White (Rp. 30.000). kalo ini sih cappuccino biasa yang di blend sama susu, tapi susunya banyak, jadinya warna putih deh. Untuk rasa, ini mah standar lah ya. Tapi harus ditambah gula cair, dan emang disediain. Karena kalo aslinya lumayan pahit jugak.


Food
                Kita Cuma pesen 1 makanan karena setelah dari situ masih mau makan di tempat lain. Akhirnya gue milih 1 porsi Spaghetti Bolognese and Cheese (Rp. 37.000). Menu makanan di journey Coffee nggak terlalu banyak dan nggak terlalu unik. Jadi gue pilih pasta aja yang emang udah biasa juga.


                Spaghetti nya pake daging cincang yang dimasak dengan cara ditumis menggunakan minyak zaitun dan tomat. Cita rasanya sedikit pedas dan gurihnya pas. Biar agak asin, gue campurin tuh keju mozzarella yang meleleh dibagian atas kesemua spaghetti. Harusnya sih nggak gitu makannya. Tapi karena kejunya dicampur, jadi makin enak loh. Setiap sendoknya aka nada keju yang ketarik-tarik. Yummy!

Service

                Pelayanan disini udah bagus. Mereka cukup cepat dalam menghidangkan menghidangkan makanan dan minuman. Kita juga bisa liat baristanya ketika meracik kopi karena bar nya ada di sisi samping ruangan. Jangan lupa buat minta password wifi ya. Dan mereka juga nyedian kotak uang tip buat pelayan. Gue lupa tulisannya apa, kalo nggak salah tulisannya “Tips for our trip to Thailand”, lupa deh tepatnya apa, pokoknya mereka mau jalan-jalan gituh. Haha…

Conclusion
Harga: Skala 1 – 10 = 7 (1 sangat murah & 10 sangat mahal)
Makanan: Skala 1 – 10 = 7.5 (1 terrify & 10 divine)
Service: Skala 1 – 10= 7.5 (1 worst & 10 Excellent)
Fasilitas: Sofa, Wifi, Prayer Room, Rest Room
Tempat: dark and wooden
Cocok untuk: Friends, Couple

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sushi-Ya

                Masih di kawasan Tebet sodara-sodara. Kali ini gue dan mas Oji mau makan sushi di kawasan Tebet. Katanya tempat ini terkenal menyajikan sushi dengan harga murah dan enak. Sushi won’t bite your pocket, begitu ulasannya berbunyi. Langsung cuuus TKP.



Ambiance
                Kalo mau makan kesini bawa mobil, kendala pertama adalah parkiran. Waktu itu gue parkir di sebrang jalan karena di halaman Sushi-Ya nya kepake buat parkiran motor. Tempatnya emang sempit memanjang gitu. Bisa duduk diluar buat yang ngerokok, dan di dalem yang no smoking.
                Kursi dan mejanya kecil-kecil gitu, jadi keliatan kalo disini tujuannya adalah makan lalu pulang. Bukan tempat untuk nongkrong berjam-jam sambil asyik nge-wifi. Meskipun sempit, tapi lumayan nyaman sih. At least pake AC dan pencahayannya juga lembut.



Food
                Kita Cuma pesen 2 porsi sushi kali ini. Yang pertama dateng adalah Dynamite Roll (Rp. 27.000). Ini sushi yang isinya daging ikan salmon terus pake topping spicy mayo. Nggak lupa juga balutan nori dan taburan bubuk cabe untuk menambah cita rasa pedasnya. Sebagai fusion sushi, menu ini cocok banget dilidah gue. Karena rasanya nggak ngebosenin dan nggak flat kaya sushi yang nggak berbumbu.

Dynamite Roll (Rp. 27.000)

                Satu lagi kita pesen Shoi Maki (Rp. 31.000). kalo ini sushinya digoreng tepung gitu. Jadi dalemnya ikan tuna, terus dibalut nori, kemudian digoreng tepung. Untuk toppingnya, mereka pake sweet mayo. Buat gue, menu yang satu ini kurang berkesan dan rada ngebosenin. Tampilannya juga kurang menggugah selera karena warnanya pucat. Tapi, ikan tunanya enak banget, dan karena digoreng, sushi ini datang dalam keadaan panas, jadi tetap enak sih.

Shoi Maki (Rp. 31.000)


                Untuk minum kita Cuma pesen cold ocha seharga Rp. 9.000. well, kesimpulannya makan disni emang nggak menambah pengalaman yang berkesan. Ya sekedar makan aja lalu pulang. Gue pribadi lebih suka makan sushi di Naniura, untuk kelas sushi murah yang lezat.

Conclusion
Harga: Skala 1 – 10 = 6 (1 sangat murah & 10 sangat mahal)
Makanan: Skala 1 – 10 = 7 (1 terrify & 10 divine)
Service: Skala 1 – 10= 7 (1 worst & 10 Excellent)
Fasilitas: Indoor & Outdoor Room
Tempat: simplicity, modern
Cocok untuk: Friends, Couple

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS